![]() |
Proyek Pengaspalan : Pemeliharaan Rutin Jalan di UPTD Wilayah 1 (DSDABMBK) Kabupaten Bekasi. |
Kabupaten Bekasi, SUARA TOPAN - Proyek Pemeliharaan rutin jalan yang setiap tahunnya dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), banyak ditemukannya kejanggalan, sehingga menjadi sorotan publik.
Adapun beberapa kejanggalan yang mencolok dan menjadi pertanyaan publik tersebut, tidak adanya Konsultan Supervisi maupun luputnya pengawasan saat pengaspalan berlangsung dari pihak UPTD khususnya di Wilayah 1 yang sehingga dalam proses pekerjaannya terkesan asal dilakukan.
Dari pantauan media tampak beberapa pekerjaan pengaspalan yang belum lama ini dikerjakan PT. Permata Hasianaku di Wilayah 1 UPTD Binamarga (DSDABMBK) berjudul, Pemeliharaan rutin jalan Tambun - Wanasari, senilai Rp. 477.112.500,- . Pemeliharaan rutin jalan Wanasari - Telaga Asih, nilai Rp. 477.112.500,- dan Pemeliharaan rutin jalan Lingkar Pasar Induk Cibitung, nilai Rp. 286.267.500,- Pekerjaannya luput dari pengawasan Dinas terkait.
Tak hanya itu, proyek pemeliharaan rutin jalan tersebut telah melewati batas waktu pekerjaan. Sesuai jadwal dimulai dari 11 Februari 2025, namun baru dikerjakan pada Agustus dan September 2025.
Sementara, saat media melakukan konfirmasi kepada Rio selaku Kasubag UPTD pihaknya tak merespon yang diduga bersekongkol atau berupaya menutupi kejanggalan tersebut.
Menanggapi hal ini, Yanto Purnomo, Aktivis Ketua Komunitas Peduli Bekasi (KPB) yang juga pemerhati Infrastruktur di Bekasi, menilai adanya persekongkolan antara Dinas dan Kontraktor dalam pekerjaan Pengaspalan Pemeliharaan rutin jalan di UPTD wilayah 1 tersebut.
"Kami menduga kuat, dari persekongkolan ini, Dinas telah memonopoli proyek yang hanya dikerjakan satu AMP yakni PT. Permata Hasianaku (PH) dalam pengaspalan Pemeliharaan rutin jalan di UPTD wilayah 1 ini. Padahal terdapat banyak AMP lain selain PT. PH," cetusnya kepada suaratopan.com, Kamis (11/9/2025).
Lebih lanjut Yanto menjelaskan, dari proses pekerjaan yang dikerjakan secara asal-asalan dan kerap mengurangi bahan material, terlihat jelas cairan perekat lapisan aspal jalan (Prime Coat) yang dituangkan tidak merata dan tak maksimal dilakukan.
"Ini artinya, kontraktor telah mengurangi bahan material. Yang diduga selain dikerjakan asal, juga akan berdampak terhadap kekuatan aspal yang digelar. Dan akan cepat terjadi kerusakan aspal mengelupas," ungkapnya.
Dari kesimpulan tersebut, Yanto pun meminta agar Pengawasan lebih diperketat dan Inpektorat maupun BPK diminta untuk memeriksa proyek yang diduga telah terjadi kejanggalan-kejanggalan tersebut. (Yat).